Sudahkah Anda Membantu Diri Sendiri?

Apa yang pertama terlintas dalam pikiran Anda saat mendengar istilah “membantu diri sendiri?” Ini mungkin bukan konsep yang familiar di telinga kita. Mengapa kita harus membantu diri sendiri? Dan, apa yang terjadi jika kita tidak melakukannya?

Pelampung yang Dilempar



Alkisah, terjadi kecelakaan kapal laut yang merenggut banyak korban. Sebagian meninggal, tetapi sebagian lagi masih berjuang menyelamatkan diri. Tak lama, datanglah tim penyelamat menggunakan helikopter, hendak melemparkan pelampung sebagai pertolongan pertama.

Menurut Anda, kepada siapa tim penyelamat akan melemparkan pelampung terlebih dahulu? Kepada orang-orang yang masih mengangkat tangan meminta pertolongan? Atau, mereka yang sudah tidak mengangkat tangan?

Logikanya, tim penyelamat akan melemparkan pelampung kepada mereka di kategori pertama: orang yang angkat tangan minta tolong. Para korban yang masih hidup pasti akan berjuang untuk menyelamatkan diri.

Berdasarkan ilustrasi di atas, kita tahu setiap orang pada dasarnya punya daya juang untuk membantu diri sendiri. Ini bukan berarti kita tidak perlu bantuan atau masukan dari orang lain. Meminta nasihat adalah salah satu cara kita membantu diri sendiri agar tidak salah langkah. Jangan sampai sesuatu yang kita anggap dapat menolong malah “menerjunkan kita ke jurang.”

Make Every Effort

Yang kerap menjadi masalah adalah, kita selalu ingin dibantu, tetapi enggan bergerak untuk membantu diri sendiri.

“Doakan aku, ya, supaya cepat sembuh.” Tapi, kita malas pergi ke dokter atau tidak rutin minum obat.

“Kenalin aku sama teman-teman kamu, dong, biar aku punya pacar.” Tapi, setiap kali ada kegiatan hang out bersama atau kumpul-kumpul, kita tidak mau ikut.

“Tuhan, bantu aku supaya nilai ujianku bagus.” Tapi, kita tidak mau belajar.

Anda meminta solusi dari orang lain, lalu diberi masukan secara teknis, tetapi Anda tidak berbuat apa-apa. Tidak melakukan apa yang dinasihatkan. Semua hal yang orang lain katakan atau anjurkan akhirnya menjadi sia-sia karena Anda tidak mau membantu diri sendiri.

Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang. – 2 Petrus 1:5-7

Dibantu dan membantu diri sendiri harus berjalan seimbang. Dalam versi Inggris, kata yang bercetak tebal ditulis sebagai “make every effort,” yang artinya kita harus betul-betul berusaha, bukan santai-santai saja menunggu bantuan datang. Memang, ayat ini secara spesifik bicara tentang keselamatan. Namun, tentunya ini juga berlaku untuk hal-hal lain yang perlu kita perjuangkan dalam hidup.

Bantulah Diri Sendiri, maka Anda Akan Dibantu



Setelah kehilangan suami dan anak laki-lakinya di Moab, Naomi dan menantunya, Rut, kembali ke Yehuda. Namun, mereka pulang dengan tangan kosong, tanpa tanah dan harta. Keduanya punya banyak alasan untuk bersedih dan merenungi nasib. Namun, bukan itu mereka dilakukan. Setibanya di kota asal Naomi, Rut langsung bekerja memunguti jelai di ladang orang.

Maka Rut, perempuan Moab itu, berkata kepada Naomi: “Biarkanlah aku pergi ke ladang memungut bulir-bulir jelai di belakang orang yang murah hati kepadaku.” Dan sahut Naomi kepadanya: “Pergilah, anakku.” – Rut 2:2

Rut tidak tinggal diam menangisi keadaan. Ia bekerja menyokong hidupnya dan hidup mertuanya. Karena kebaikan hati dan keuletannya, Rut mendapat belas kasihan Boas, si pemilik ladang, sehingga boleh terus memungut jelai di lahannya. Tak berhenti di situ, sesuai saran Naomi, Rut berjuang agar keduanya bisa ditebus oleh kerabat mereka. Pada akhirnya, Rut ditebus oleh Boas, yang kemudian memperistri dirinya, dan kelak ia menjadi nenek Daud, bagian dari garis keturunan Yesus.

Bayangkan jika Rut memilih bertopang dagu dan hanya berharap orang lain berjuang untuk dirinya. Mungkin akhir kisahnya tidak akan sebaik itu.

Jika hari ini Anda berhadapan dengan situasi yang tidak menyenangkan atau situasi yang ingin Anda ubah, ingatlah: Anda punya pilihan untuk membantu diri sendiri. Ketika Anda berjuang, orang lain pun akan berjuang untuk Anda. Help yourself first, so that others can help you.

Cara Lain Membantu Diri Sendiri


Membantu diri sendiri tak mesti selalu dalam bentuk berjuang secara aktif. Ada kalanya menunggu dengan sabar dan tetap taat, kendati rasanya tidak masuk akal, menjadi cara untuk membantu diri sendiri.

Adapun Sarai, isteri Abram itu, tidak beranak. Ia mempunyai seorang hamba perempuan, orang Mesir, Hagar namanya. Berkatalah Sarai kepada Abram: “Engkau tahu, TUHAN tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak.” Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai. – Kejadian 16:1-2

Dalam hal ini, Sara akan membantu dirinya sendiri kalau saja ia sabar menanti janji Tuhan. Inisiatifnya untuk Abraham tidak memperbaiki keadaan, tetapi justru membuatnya semakin kacau.

Ada hal-hal tertentu yang menuntut kita untuk bersabar dan menunggu, karena dengan cara itulah, kita sebenarnya membantu diri sendiri. Misalnya:

Tidak menyelesaikan masalah atau konflik relasi lewat chatting (meski kelihatan lebih cepat, ini berisiko menimbulkan lebih banyak masalah)
Tidak reaktif atau lekas marah ketika orang berkata kasar atau keras kepada kita
Sabar menunggu lampu merah menjadi hijau meskipun sedang buru-buru
Tidak gegabah memilih pasangan hidup yang berbeda keyakinan, hanya karena tak sabar menunggu janji Tuhan digenapi
Tidak memakai jalan pintas (menyogok) dalam mengurus hal-hal administratif yang sifatnya resmi
Kasus yang berbeda membutuhkan penanganan yang berbeda. Dalam kasus Rut, ia membantu diri sendiri dengan berjuang secara aktif. Dalam kasus Sara, ia harus menunggu penggenapan janji Tuhan. Di sejumlah kasus lain, kita mungkin harus menerapkan keduanya—berjuang secara aktif, sambil tetap sabar menunggu hasil.

Lantas, bagaimana kita bisa tahu cara mana yang paling tepat untuk dilakukan?

Hikmat untuk Membedakan




“… sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan.” – Kolose 2:3

Tuhan adalah sumber segala hikmat. Dengan hikmat-Nya, semesta kita diciptakan dengan amat baik dan sistematis. Tuhan juga adalah Allah yang tidak pelit membagi-bagikan hikmat-Nya kepada kita (Yakobus 1:5).

Hikmat Tuhan dapat kita peroleh dalam firman-Nya. Bacalah dan renungkan isinya, supaya Anda menjadi orang yang lebih berhikmat. Dari firman-Nya, kita tahu mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak harus atau tidak boleh dilakukan. Selain itu, berdoalah, minta hikmat dan petunjuk dari Tuhan. Bertukar pikiranlah juga dengan orang-orang yang lebih dewasa, berpengalaman, dan yang dapat Anda percaya.

Dalam membantu diri sendiri, lakukanlah apa yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Saat Anda harus berjuang, berjuanglah. Saat Anda harus menunggu, menunggulah dengan sabar. Ketika Anda harus melakukan keduanya, lakukanlah dengan sepenuh hati. Berusahalah, dan bertekunlah dalam doa agar Tuhan memberikan apa yang menjadi keinginan hati Anda. Do your best and let God do the rest!

Sumber: https://gkdi.org/blog/diri-sendiri-2/

Comments

Popular Posts