The PERFECT Boyfriend

Saya punya target untuk nulis 2 tulisan setiap bulan, tapi sempai hari ini sudah bulan Maret baru terbit 1 tulisan. Alamak… Macam mana pula, banyak kali post yang harus aku tulis. 
Sebenarnya minggu-minggu lalu lagi banyak topic yang mau di share, tapi waktu nulisnya itu lho yang gak ada. Akhirnya pas pengen ditulis sekarang, feel-nya udah gak dapet euy. Jadi bingung deh saya. Saya akan coba dalam beberapa hari ini tulis tentang hal-hal yang dari minggu lalu saya udah mau share. Semoga saya bisa make it, aminnnn.
Sebenernya saya juga belom niat nulis sih sekarang, lagi mau kerjain laporan keuangan bulanan saya. Pas lagi mau cari file tersebut, saya enggak sengaja klik folder yg isinya quotes. Maksud hati sih cuma mau baca-baca aja, eh ketemu satu quote yang bikin saya nyengir sebentar pas bacanya. 

Pastinya pada penasaran juga kan. Nih aku post yah quotesnya. 


Saya cuma mau share betapa interestingnya quotes ini tanpa membahas tentang hidup saya secara pribadi di area ini dengan lebih lanjut, hehehe. It's still private & confidential :D

Pas saya baca 3 kriteria utama diatasnya, saya merasa saya bisa menemukan orang-orang dgn karakter doesn’t drink (tidak minum minuman keras), doesn’t smoke (tidak merokok), doesn’t cheat (tidak curang/menipu) ini dengan mudah. Bisa dibilang hampir 100% (sepengetahuan saya) cowok-cowok di gereja saya lolos kategori doesn't smoke & drink. Kalo doesn't cheat enggak tahu deh, gak berani guarantee deh, saya kan enggak kenal mereka semua secara dekat. Tapiiiiii, begitu baca baru ke-4, saya setuju bahwa a perfect boyfriend DOESN'T EXIST, meskipun dia lolos 3 kriteria di atas. 

Setiap orang pasti punya kelebihan dan kekurangannya. Saya adalah orang yang suka memperhatikan dan suka menganalisa. Bahkan setiap kejadian kecil yg saya lihat dan rasakan pun saya bisa analisa. Nonton film satu aja, nyangkut di kepala sampai seminggu. Saya bisa mikirin perasaan orang-orang di film tersebut setelah kejadian-kejadian di film tersebut. Enggak ada maksud untuk mikirin, tapi somehow saya masih bisa kepikiran, seakan-akan orang itu hidup nyata dalam kehidupan saya. 

Dalam kehidupan saya pun, saya menganalisa setiap orang yang masuk dalam hidup saya, orang itu kelebihan apa, kelemahannya apa, gimana cara dia berkomunikasi, prinsip-prinsip apa yang dia pegang, dan lain-lain. Sepanjang saya menganalisa, saya tidak menemukan satu orang pun yang sempurna sampai hari ini. Jangankan perfect boyfriend, there is also no perfect father, mother, sister, brother, son, daughter, boss, bahkan pembantu. Yang perfect itu ya cuma satu. Tuhan. (tolong dibaca titiknya yah). Bahkan kamu dan saya pun tidak sempurna. 

 Jadi, if you wish to find someone perfect, this is too much, atau bahasa Indonesia-nya: permintaan mu berlebihan. Even if you wait until you died, you will never ever find him/her.  So stop looking and wishing for someone to be perfect, this will never happen. 

Aduh, berat ya tulisan saya. Saya pun tertusuk dan tertohok sendiri. Jleb jleb jleb. Most of the time, karena saya orang yang perfectionist, saya seringkali juga berharap orang lain juga sempurna. Padahal saya pun sendiri juga gak sempurna. Gak adil sekali saya. Saya taruh beban yang terlalu berat di pundak orang lain yang hidup disekeliling saya yang saya pun tidak bisa tanggung.

Orang yang sempurna itu definitely tidak ada. Jadi gimana dong? Apakah kita harus terima orang apa adanya? Mungkin ada 2 hal yg saya bisa tuliskan sebagai solusinya:

1. Carilah orang yang mau berjalan terus menuju garis kesempurnaan
Saya sadar saya tidak akan bisa menemukan orang yang sempurna, tetapi saya bisa menemukan orang yang mau berjalan menuju garis kesempurnaan. Saya percaya bahwa nobody is perfect, tetapi setiap orang bisa berjalan lebih dekat dan terus lebih dekat ke garis kesempurnaan. Apa itu garis kesempurnaan? Apa yang sempurna? Tadi kan saya udah bilang kalo yang sempurna itu cuma dan hanya Tuhan. Tidak ada lagi. Kalo orang mau jadi makin sempurna, dia harus berjalan kepada Tuhan dalam hidupnya. Dia harus takut akan Tuhan. Ketika seseorang takut akan Tuhan, dia akan takut berbuat dosa, dan dia akan berjuang untuk semakin mirip dengan Tuhan. Nah, kalo makin mirip sama Tuhan, berarti dia makin sempurna dong karena Tuhan kan sempurna. Makin takut akan Tuhan, makin bagus lagi karakternya, dan makin sempurna lagi.

Jadi, gak perlu mencari yang perfect bangeeettt,yang penting takut akan Tuhan. 

Aduh, jleb. Saya tertusuk lagii hahahaha. Ampuni saya ya Tuhan :D

2. Learn to accept not just his/her strength, but also his/her weakness
Seseorang yang saya cukup hormati pernah bilang kayak gini sama saya, “Kalo kamu cari pacar/ calon suami, jangan cuma bisa terima kelebihannya dia doang, tapi kamu harus bisa terima juga semua kekurangannya.” Orang yang pernah bilang kalimat ini sudah meninggal, tapi apa yang dia katakan masih saya ingat sampai hari ini. 

Saya setuju dengan pendapat tersebut. Lagi-lagi, sedekat apapun dia dengan garis kesempurnaan, tidak ada satu orangpun yang sempurna. Pasti ada kekurangannya, entah itu fisik, entah itu karakter, sikap, sifat, dll. Betapa mudah bagi kita untuk bisa menerima kelebihan orang lain. Oh dia baik, dia rajin, semangat, pintar, dll. Tapi coba lihat lebih dalam, lihat ke dalam kekurangannya, apa kamu bisa terima juga? Jangan di-ignore (oh gapapa) kok, atau cuma terima asal-asalan dengan harapan suatu hari dia juga pasti bisa berubah. Suatu hari dia juga pasti berubah karena saya. Really?

Think about the worst case. Gimana kalo ternyata dia tidak berubah-berubah juga dan tetap seperti itu? Kalo fisik yah gak bisa berubah kecuali dia operasi plastik. Kalo karakter, jangan harap berubah dalam waktu singkat. Karakter di bentuk dalam waktu yang tidak sebentar. Kalo saat ini orangnya umur 20, ya 20 tahun itulah waktu yang dia perlukan sampai jadi dia yang sekarang ini. Kalo proses pembentukannya aja 20 tahun, do you wish him to change just in 1 night? Do you wish him to change just because he/she changes his/her status into your boyfriend/girlfriend/husband/wife? Definitely NO. Berubah status mah gampang, gak pake lama, 1 hari cukup. Apa karena setelah dia pakai cincin kawin lalu dia menjadi seseorang yang berbeda?

Jadi, belajarlah untuk menerima orang bukan cuma dengan segala kelebihan yang dia punya, tetapi juga segala kekurangannya. 

Yang paling penting ya syarat yang no 1, setelah itu, baru yang no 2 (learn to accept his/her weakness). Kalo gak bisa terima gimana? Say good bye, zai chien, tschuss aufwiedersehen, and thank you. Mending gak usah kalo enggak bisa terima. Carilah orang lain dengan kekurangan yang kamu masih bisa terima. As simple as that. Se-simple itu aja kok. *ngomong gampang Len, hahahaha*Bentar lagi saya ditimpuk yang baca, wkwkkwk. 

Udah kok, itu aja yang saya mau sampaikan, hehe. Semoga berkenan di hati. Kalo tidak berkenan, maafkan saya, tapi saya akan tetap menulis :D

Have a great day :)

Comments

  1. Jika yang sederhana aja mampu membuat kita bahagia, untuk apa yang sempurna? Hahahaha gw pernah ampir nulis artikel tentang ini jg, tp ya gitu.. kepikiran mau tulis tp ga sempet sekali nya sempet udh ga mood hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha, tulisalah Na, sebelum mood nya hilang, wkwkwk

      Delete
    2. This comment has been removed by a blog administrator.

      Delete

Post a Comment

Popular Posts